”Orang kayak kamu tuh bisa jatuh cinta, gak?”
”Gila!” Brakk.
Sebuah bogem mentah mendarat ke muka si penanya. Si penanya koma, langsung dilarikan ke IGD dengan kondisi mengenaskan.
(suasana heboh, kalian saling pandang. Ini artikel atau cerpen action sih?)
Bisakah kau jatuh cinta? Bagi sebagian orang, pertanyaan ini mampu membunuh karakternya. Bagaimana tidak, saat menjawab ’bisa’, pamormu sebagai orang cool bisa turun drastis. Saat menjawab ’enggak’, siap-siap dicap pembohong kelas kakap. Jawab apapun jadi serba salah. Bukan begitu?
Saat kaujawab bisa jatuh cinta, si penanya biasanya akan melanjutkan pertanyaan yang lebih ’mengusik’. Hah, bisa? Suka sama siapa? Maka berlanjutlah pertanyaan lain yang berusaha mengorek-ngorek rahasia pribadimu. Di akhir pembicaraan si penanya biasanya berkata kurang lebih begini, ”Ooh, ternyata kamu bisa jatuh cinta juga, ya? Gak nyangka deh, orang kayak kamu juga bisa suka sama orang.” What a pity i am, emang aku apaan, huh! Bagaimana gak dongkol tuh?
Saat kau jawab enggak bisa jatuh cinta, semua orang pasti bakal protes. Bohong banget tuh! Munafik loe! Kau pengen nipu kami? Jangan-jangan kamu bukan manusia, atau kamu homo ya(hah?). Begitulah, sederet komentar dan tuduhan tak berdasar mengalir bak air di pancuran untukmu. Kalau yang mengalir air sih enak, adem kepala. Tapi kalau yang mengalir cercaan, wah, rasanya eneg, bisa mendidih fontanela nih (ubun-ubun:red).
Jatuh Cinta berjuta maknanya
Selama ini, stigma yang kita ciptakan untuk ungkapan ’jatuh cinta’ selalu dihubungkan dengan rasa tertarik antarlawan jenis, dihubungkan dengan psikologis manusia yang terkait kematangan seksual, dihubungkan dengan adanya hasrat ingin memiliki, dan parahnya adik-adik kita yang mengaku ABG kompak menghubungkan jatuh cinta dengan pacaran. Benarkah demikian?
Definisi jatuh cinta itu luas banget, Bo. Tidak sesempit dan sedangkal yang kita pikirkan selama ini. Kita mengotaki jatuh cinta khusus untuk perasaan suka lawan jenis. Jatuh cinta itu sendiri berarti kita menaruh suatu perhatian (interest) yang lebih dibanding yang lain, atau kita menaruh minat yang besar dibanding hal lain, yang didasari alasan yang kuat. So, jatuh cinta tidak melulu menaruh rasa dengan lawan jenis. Banyak kok jatuh cinta yang ’lain’, contohnya: karena daya pikatnya yang luar biasa, kita jatuh cinta dengan sebuah novel Islami; karena kemampuannya menjawab keingintahuan kita, kita jatuh cinta dengan William Obsgyn textbook (hedeh); karena keindahan warnanya, kita jatuh cinta dengan Anturium. Apapun yang membuat kita jatuh cinta, pasti ada alasan kuat yang mendasarinya.
Katakan: Aku juga Jatuh Cinta
Setelah kau tahu bahwa jatuh cinta itu sifatnya unversal, seharusnya tak ada lagi keraguan menjawab saat ada yang bertanya bisa kah kau jatuh cinta. Katakan dengan lantang, ”Ya, saya B.I.S.A. jatuh cinta”, iya, kau harus ngomong demikian wong kau juga punya panca indera, punya nafsu, punya akal, dan punya hati, otomatis kau bisa mencintai, bukan?
Bagaimana jika kita jatuh cinta kepada Allah SWT? Subhanallah, sungguh luar biasa jika perasaan itu muncul di hati kita. Jika sudah jatuh cinta kepada-Nya, maka kita akan berupaya membuat-Nya senang terhadap kita, sehingga segala perintah-Nya akan begitu ringan kita laksanakan, segala larangan-Nya. Jatuh cinta yang demikian tentu bikin bahagia dan bangga bagi ’yang merasakannya’ karena hal ini merupakan sebuah kesempurnaan iman. Jatuh cinta yang seperti ini perlu kita tumbuh dan kembangkan.
Jadi, kecambah sendiri bisa jatuh cinta juga, gak? (sambil memicingkan mata kepadaku, yang lain terlihat bisik-bisik heboh sambil senyum-senyum jijay)
Haha, ya iya lah. Nih gue lagi jatuh cinta sama blog gue.
Hedehhhhhhh (penonton kecewa)
Definisi jatuh cinta itu luas banget, Bo. Tidak sesempit dan sedangkal yang kita pikirkan selama ini. Kita mengotaki jatuh cinta khusus untuk perasaan suka lawan jenis. Jatuh cinta itu sendiri berarti kita menaruh suatu perhatian (interest) yang lebih dibanding yang lain, atau kita menaruh minat yang besar dibanding hal lain, yang didasari alasan yang kuat. So, jatuh cinta tidak melulu menaruh rasa dengan lawan jenis. Banyak kok jatuh cinta yang ’lain’, contohnya: karena daya pikatnya yang luar biasa, kita jatuh cinta dengan sebuah novel Islami; karena kemampuannya menjawab keingintahuan kita, kita jatuh cinta dengan William Obsgyn textbook (hedeh); karena keindahan warnanya, kita jatuh cinta dengan Anturium. Apapun yang membuat kita jatuh cinta, pasti ada alasan kuat yang mendasarinya.
Katakan: Aku juga Jatuh Cinta
Setelah kau tahu bahwa jatuh cinta itu sifatnya unversal, seharusnya tak ada lagi keraguan menjawab saat ada yang bertanya bisa kah kau jatuh cinta. Katakan dengan lantang, ”Ya, saya B.I.S.A. jatuh cinta”, iya, kau harus ngomong demikian wong kau juga punya panca indera, punya nafsu, punya akal, dan punya hati, otomatis kau bisa mencintai, bukan?
Bagaimana jika kita jatuh cinta kepada Allah SWT? Subhanallah, sungguh luar biasa jika perasaan itu muncul di hati kita. Jika sudah jatuh cinta kepada-Nya, maka kita akan berupaya membuat-Nya senang terhadap kita, sehingga segala perintah-Nya akan begitu ringan kita laksanakan, segala larangan-Nya. Jatuh cinta yang demikian tentu bikin bahagia dan bangga bagi ’yang merasakannya’ karena hal ini merupakan sebuah kesempurnaan iman. Jatuh cinta yang seperti ini perlu kita tumbuh dan kembangkan.
Jadi, kecambah sendiri bisa jatuh cinta juga, gak? (sambil memicingkan mata kepadaku, yang lain terlihat bisik-bisik heboh sambil senyum-senyum jijay)
Haha, ya iya lah. Nih gue lagi jatuh cinta sama blog gue.
Hedehhhhhhh (penonton kecewa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar