Rabu, 08 Desember 2010

Hidup Kecambah Hijau

Bismillahirrahmanirrahim

Sebuah Prolog Pencipta Keakraban

Di sela rerumputan yang rimbun, Si Kecambah Hijau berdiri, menatap langit masa depan yang begitu amat memesona. Musim semi tiba, semua benih kecil di persada bumi ini mulai bertunas.

Si Kecambah hijau bertanya pada dirinya, 
dari semua jenis tumbuhan, akan jadi apakah aku?
"aku mau jadi mawar, tapi terlalu wangi."
"aku mau jadi lily, tapi terlalu pucat."
"aku mau jadi kaktus, tapi terlalu tajam."
"aku mau jadi ini, aku mau jadi itu..."

Si Kecambah hijau terus berpikir.
Namun, dia sadar. Berpikir tanpa bertindak takkan membuahkan suatu hasil, berpikir dan bekerja tanpa 'pola' takkan memberikan kesuksesan. Dia juga sadar, waktu tidak dapat menunggunya. 
Dia tak ingin di musim semi berikutnya dia mendapati dirinya tumbuh menjadi benalu. 

dipandanginya sekeliling.
Terlihat pohon Kapas di ujung bukit sana.

Tumbuh hijau, tak kenal musim, 
Tumbuh sendiri, tanpa bergantung pada pohon lain,
Tumbuh lebat, menentramkan sekitarnya,
Tumbuh kuat, melindungi yang lemah.

Di saat terik, dia memberikan kerindangan,
Di saat hujan, dia memberikan perlindungan,
Di saat angin semilir, dia ikhlas membagikan kapasnya untuk alam.
 
"Aku ingin seperti itu."
Mudah beradaftasi, Mandiri, Menyenangkan, Tegar, Melindungi,
Sederhana namun istimewa, Berguna.

Dengan tekad, usaha, dan doa kepada Allah SWT,
Si Kecambah Hijau memutuskan untuk menjadi
Pohon Kapas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar